"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." { Wahyu 4:11}

Thursday, August 25, 2011

Kekayaan dan Kecerdasan Dalam Tujuan Sistem Pendidikan

Pengkhotbah  9:11 Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.

Sesuatu yang muncul dalam teks bahwa kekayaan bukan untuk yang cerdas. Bukankah Salomo yang diberikan hikmat dikaruniakan Tuhan bukan saja  pengertian mainkan termasuk juga kekayaan jasmani, sekalipun orang yang berhikmat yakni Salomo mendapatkan kekayaan.[Amsal  16:16 Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak]. Apakah beda kecerdasan dengan hikmat? Kecerdasan dan hikmat bukankah berasal dari kata dasar חָכַם yang berarti bertindak bijaksana (1), menjadi (1), kesepakatan telah ... bijaksana (1), dengan bijaksana (1), sangat (1), membuat saya lebih bijaksana (1), membuat kita lebih bijaksana (1), membuat bijaksana (1) , terampil (1), mengajarkan kebijaksanaan-Nya(1), bijaksana (16), bijak (2). Lalu apakah maksudnya pengkhotbah bahwa kekayaan bukan untuk orang cerdas?

Pengkhotbah mengisahkan sejumlah orang yang memiliki fokus spesialisasi tolak ukur dalam kehidupannya. Tolak ukur yang acapkali yang dilakukan adalah untuk mengukur keberhasilan menurut pengkhotbah adalah faktor kecepatan, kekuatan, kecerdasan tetapi ada faktor yang lebih menentukan. Pengkhotbah tidaklah bertentang dengan Amsal yang menyatakan bahwa orang berhikmat memperoleh sesuatu yang lebih berharga dari emas namun ada suatu perbedaan dari orientasi dari kecerdasan dan hikmat.

Kecerdasan / hikmat manusia didapat melalui proses pembelajaran dimana dalam pembelajaran diperhadapkan terjadi proses perubahan yang dapat menjadikan seseorang dapat memperoleh kekayaan, namun di sisi lain pembelajaran memiliki orientasi tujuan yang ingin diraih oleh mereka yang berjuang memperoleh pengertian itu. Apakah orientasi menjadi orang pandai? Apakah ingin mendapatkan pengalaman baru?, Apakah ingin memperoleh nilai-nilai yang baik? Apakah ingin memperoleh sertifikasi? Apakah karena senang belajar? Apakah senang mendapatkan wawasan-wawasan baru? Setiap orientasi dalam proses belajar memperoleh pengertian dipengaruhi oleh harapan yang ingin mendapatkan pemenuhan, misal penghargaan dan hormat.

Pengkhotbah mengisahkan orang yang selalu ingin mendapatkan pengertian dan pengertian yang baru. [Pengkhotbah  12:12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.] Pengertian yang diperoleh adalah sesuatu yang dikejar. Mungkin lewat pengerti dan kecerdasan yang senantiasa diarah menharapkan suatu penghargaan dan atau pengakuan dari sesamanya sehingga karena adanya orientasi khusus yang ingin selalu mengali wawasan baru maka disibukan dalam proses belajar dan proses pembelajaran dalah fokus dalam hidupnya sehingga wajarlah bila tidak menjadi orang kaya.

Dalam sistem pendidikan modern sudah terjadi inflasi gelar akademis sehingga ketersediaannya melampaui tingkat kebutuhan. Akibatnya, nilainya di dunia kerja semakin merosot. Paul Krugman, kolumnis The New York Times yang disegani, dalam tulisannya pada 6 Maret 2011, menegaskan fakta-fakta di Amerika Serikat bahwa posisi golongan kerah putih di level menengah— yang selama beberapa dekade dikuasai para sarjana dan bergaji tinggi--, kini digantikan peranti lunak komputer. Lowongan kerja untuk level ini tidak tumbuh, malah terus menciut. Sebaliknya, lapangan kerja untuk yang bergaji rendah, dengan jenis kerja manual yang belum bisa digantikan komputer, seperti para petugas pengantaran dan kebersihan, terus tumbuh.

Orang kaya adalah orang yang cerdas yang diterjemahkan sebagai orang berhikmat namun tidak menjadikan kecerdasan sebagai orientasi sasaran utama dalam hidupnya. Mereka mengejar sesuatu dengan bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang menjadi orientasi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dari produk dan atau jasa yang dihasilkan sedangkan orang yang cerdas adalah orang yang berhikmat /cerdas / berpengertian yang berorientasi untuk selalu mendapatkan wawasan wawasan baru yang segar sehingga makin cerdas.

Bagaimanakah orientasi pendidikan yang akan kita tempuh? Apakah Sistem pendidikan dan paradigma usang harus diganti dengan yang baru. Era teknologi analog sudah ketinggalan zaman. Kini kita sudah memasuki era digital. Itu artinya, konsep tentang ruang dan waktu pun berubah dan mengarah kepada webomatrik yang menyebabkan menjadikan manusia dikendalikan teknologi informasi dan sistem informasi sehingga memanfaatkan sistem tersebut untuk meraih kekayaan ataukah tetap konsisten pada makna proses belajar menjadi cerdas agar mendapatkan pengetahuan baru agar terjadi peningkatan kualitas hidup manusia, menolong sesama dengan keiklasan, dengan cara menyelesaikan permasalahan sesama manusia yang dihadapi dengan menunjang kebutuhan hidup sesama.

dipindahkan dari : weruah.wordpress.com

No comments:

Post a Comment