"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." { Wahyu 4:11}

Sunday, February 12, 2012

Sang Penguasa Harus Mengendalikan Diri


Amsal 16:32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.// Kush nuk zemërohet shpejt vlen më tepër se një luftëtar i fortë, dhe ai që e urdhëron frymën e tij vlen më tepër se ai që mposht një qytet.
טֹוב אֶרֶךְ אַפַּיִם מִגִּבֹּור וּמֹשֵׁל בְּרוּחֹו מִלֹּכֵד עִיר׃
Kekuasaan melekat dan berada dalam gengaman penguasa. Penguasa dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa sangat erat dengan sistem kekuasaan yang dianut dalam masyarakat dan bangsa tersebut. Berdasarkan jenis kekuasaan, berarti kita tengah berbicara mengenai apakah kekuasaan itu dipegang oleh satu tangan (mono), beberapa tangan atau orang (few), ataukah banyak tangan atau orang (many). Definisi kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi pihak lain agar mereka menuruti keinginan atau maksud si pemberi pengaruh. Dalam hal ini, pihak pemberi pengaruh dapat berwujud mono, few, atau many.
Jika kita masuk dalam situasi saat kitab ini ditulis maka akan berhadapan dengan sejumlah fakta kehidupan bermasyarakat dan berbangsa saat itu. Penulis berada dalam negara berbentuk kerajaan dengan kekuasaan ditangan seorang raja dengan hubungan antara kekuasaan pusat saat berhadapan dengan daerah menganut hubungan vertikal, artinya ‘pusat’ diasumsikan berada di atas ‘daerah’. Bentuk pemerintahan dalam konteks kekuasaan horizontal adalah hubungan antara imam, nabi dengan raja sebagai eksekutif. Dalam hubungan horizontal inilah kita melihat situasi berbangsa dan bernegara kehidupan sang penulis.
Penguasa yakni raja dalam konteks Amsal bukanlah bentuk negara kerajaan dan raja adalah sekaligus kepala negara dan pemerintahan. Kekuasaan raja tidak dibatasi secara konstitusional, tidak ada partai politik dan oposisi di sana melainkan penguasa monarki harus berbagi kekuasaan dengan pihak lain, terutama para iman dan nabi. Proses berbagi kekuasaan tersebut dikukuhkan lewat konstitusi yang diletakkan di bawah hukum Taurat, dan sebab itu, monarki di Israel bersifat monarki konstitusional di bawah kendali TUHAN yang memberikan Taurat.
Penguasa adalah orang yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan melekat dalam diri seseorang bila orang itu memiliki kekuasaan minimal terhadap sebuah kota sebab pada masa itu penguasa kota memiliki pengaruh sangat kuat terutama ditunjang bentuk negara saat itu serupa model federasi termasuk di dalamnya Negara Israel berdasarkan suku bangsa Israel. Penguasa sebuah kota saat itu memiliki kekuatan militer.
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota adalah suatu pengajaran yang luar biasa yang diberikan oleh penulis Amsal dalam hikmat TUHAN. Orang yang merebut kota adalah seseorang yang dapat mengalahkan sepasukan tentara pengawal kota berikut menangkap penguasa kota tersebut dan sudah tentu orang itu prajurit hebat dan pahlawan yang gagah perkasa dalam pertempuran. Seorang diri dapat mengalahkan puluhan bahkan ratusan atau ribuan orang anggota tentara pengawal kota sungguh merupakan pahlawan prajurit pilihan yang terbaik.
Dalam kerajaan Israel, Saul sebagai raja Israel yang pertama sosok yang mengambarkan seorang pahlawan perkasa. (1Samuel pasal 9-31) Raja Saul lebih tinggi dari saudara-saudaranya. Keberaniannya sepadan dengan kekekaran badannya. Israel yang saat itu di bawah tekanan bangsa Filistin memiliki konsep berpikir bahwa pemimpin yang diperlukan pemimpin harus memiliki kemampuan berperang untuk membebaskan mereka dari Filistin dengan menolak kepemimpinan Nabi Samuel sebagai hakim, sebab bangsa Israel menuntut raja. (1 Samuel 8)
Saul yang perkasa dan diurapi sehingga diangkat menjadi raja mengalami kehidupan menyedihkan karena Saul mengalami kejatuhan yang disebabkan Saul tidak dapat bersabar dan tidak dapat mengendalikan diri. Ada minimal 3 kejadian yang menyebabkan raja Saul berakhir yang kemudian diganti dinasti baru yaitu raja Daud. Peristiwa itu adalah :
  1. Saul tidak sabar melakukan tugas keimaman di Gilgal (1 Samuel 13:7-10). Ketidak sabaran dan karena memiliki kekuasaan eksekutif menyebabkan dia melanggar aturan hubungan kekuasaan dimana raja tidak boleh melakukan tugas keimaman yang saat itu tugas keimaman dan kenabian berada di tangan Samuel. Saul melanggar hukum yang telah disepakati dan juga hukum itu dibuat oleh TUHAN sebab monarki di Israel bersifat monarki konstitusional di bawah kendali TUHAN.
  2. Ketidaktaat Saul dalam menjalankan tugas yang diberikan karena tidak dapat mengendalikan diri melihat banyaknya hasil rampasan perang sehingga Samuel memberikan pernyataan sangat penting, “Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan (1 Samuel 15:22) yang dilanjutkan pemutusan hubungan koordinasi kekuasaan antara raja dengan Samuel yang memiliki kekuasaan keimaman dan kenabian sehingga sistem bentuk pemerintahan yang dibuat horizontal antara raja dengan imam dan nabi terpecah dan Saul ditolak TUHAN.
  3. Saat frustasi Saul melanggar hukum Taurat dengan bertanya kepada arwah karena Saul berkeras hati hidup melakukan tindakan yang diluar peraturan TUHAN sekalipun bentuk negara adalah monarki kontitusi di bawah hukum Taurat.
Awal dari kejatuhan Saul, yang adalah pahlawan perang yang diangkat menjadi raja hanya disebabkan Saul mudah terkena godaan sehingga tidak dapat bersabar dan tidak dapat mengendalikan diri sehingga hubungan dengan kekuasaan imam dan kekuasaan nabi terputus sehingga tanpa wahyu dan arahan petunjuk kebenaran menyebabkan kehancuran sang penguasa yang pada awalnya sangat ditakuti para lawan dan dihormati seluruh rakyatnya.
Pengangkatan Daud mengantikan Saul juga didahului dengan penolakan terhadap Eliab saudara Daud yang gagah perkasa dan memiliki kekuatan alamiah yang luar biasa. Samuel diajar TUHAN bahwa kekuatan alamiah termasuk ketrampilan berperang haruslah diimbangi kedewasaan spiritual yang terwujud dalam kehidupan praktis berupa kesabaran dan pengendalian diri.
Dengan kesabaran dan pengendalian diri maka Daud mendapatkan sejumlah momentum dan keberhasilan dan TUHAN menyertainya sehingga menjadi kesayangan-Nya. Dalam konsep Perjanjian Baru, Yesus Kristus Tuhan mengajarkan  Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. (Matius 5:5) sehingga lemah lembut adalah dasar hidup bersabar namun tidak menyia-yiakan kesempatan menjadi sebuah momentum meraih keberhasilan serta dapat mengendalikan diri sebagai modal hidup dalam aturan kontitusi.

No comments:

Post a Comment