"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." { Wahyu 4:11}

Sunday, February 12, 2012

Kesatuan Kebenaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Tentang Sunat Berdasarkan Kisah Para Rasul


Kisah Para Rasul 15:1 Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” //Καί τινες κατελθόντες ἀπὸ τῆς Ἰουδαίας ἐδίδασκον τοὺς ἀδελφοὺς ὅτι, ἐὰν μὴ περιτμηθῆτε τῷ ἔθει τῷ Μωϋσέως, οὐ δύνασθε σωθῆναι.
Peristiwa di atas adalah catatan dari perpecahan internal pertama secara global yang terjadi di gereja Kristen. Saat itu gereja telah berjuang melawan musuh eksternal. Penganiayaan kekerasan telah mengamuk, dan telah sepenuhnya menduduki perhatian orang Kristen. (Kis 4:29-31)
  • 4:29 Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.
  • 4:30 Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus.”
  • 4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.
Tapi sekarang gereja-gereja damai sejenak. Mereka menikmati kemakmuran eksternal besar di Antiokhia, dan musuh besar jiwa mengambil kesempatan itu, karena ia telah sering dilakukan dalam situasi yang sama karena, untuk merangsang perselisihan dalam gereja itu sendiri, sehingga ketika kekerasan eksternal tidak bisa menghancurkannya, usaha dibuat untuk mengamankan objek yang sama dengan perpecahan internal dan perselisihan. Sejarah ini, oleh karenanya, sangat penting, karena merupakan catatan perdebatan bagian pertama yang muncul dalam perdebatan gereja. Hal ini lebih penting, karena itu menunjukkan cara di mana kontroversi tersebut diselesaikan di masa apostolik, dan sebagai itu didirikan beberapa prinsip yang sangat penting menghormati kelangsungan dari ritual keagamaan Yahudi.
Dalam pembelaan Stefanus, masalah sunat diangkat karena adalah salah satu dasar pengajaran agama Yahudi. {Kisah Para Rasul 7:8 Lalu Allah memberikan kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah Abraham memperanakkan Ishak, lalu menyunatkannya pada hari yang kedelapan; dan Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan kedua belas bapa leluhur kita.} Meskipun sunat adalah salah satu ajaran yang sangat esensial namun praktek sunat secara lahiriah tidaklah cukup sebab sunat adalah lambang kehidupan orang percaya yang rela disunat secara batiniah yakni hati dan telingga oleh Firman Tuhan dan Roh Tuhan. {Kisah Para Rasul 7:51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.}
Hukum sunat yang muncul dalamKejadian 17. Butir hukum sunat antara lain Kejadian 17:12, “Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu.” adalah sesuatu kewajiban secara lahiriah dalam agama Yahudi sama seperti ajaran berdoa harus menghadap Yerusalem yang kemudian diluruskan oleh Yesus.( Lihat http://weruah.wordpress.com/2010/10/12/menyembah-dalam-roh-dan-kebenaran/) Esensi sunat yang dikutip oleh Stefanus adalah pengulangan dari Perjanjian Lama, antara lain:
  • Yeremia 6:10 Kepada siapakah aku harus berbicara dan bersaksi, supaya mereka mau memperhatikan? Sungguh, telinga mereka tidak bersunat, mereka tidak dapat mendengar! Sungguh, firman TUHAN menjadi cemoohan bagi mereka, mereka tidak menyukainya!
  • Yeremia 9:26 orang Mesir, orang Yehuda, orang Edom, bani Amon, orang Moab dan semua orang yang berpotong tepi rambutnya berkeliling, orang-orang yang diam di padang gurun, sebab segala bangsa tidak bersunat dan segenap kaum Israel tidakbersunat hatinya.”
Pengajaran agama Yahudi mengajarkan Allah menolak orang-orang tak bersunat, namun Petrus dan para rasul menyaksi beberapa hal yang berbeda dengan pengajaran para rabi Yahudi saat itu. Peristiwa itu antara lain:
  • Kisah Para Rasul 10:45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,
  • Kisah Para Rasul10:15,16. Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit. ( Masalah tradisi makanan, lihat juga http://weruah.wordpress.com/2011/03/11/manusia-dan-makanannya/)
Bila mengamati Perjanjian Lama, tidak ada kepastian keselamatan karena bersunat, sebab sunat dilakukan karena Abraham memiliki hati yang percaya terhadap suara Tuhan yang berfirman karena telingga yang dengar-dengaran terhadap Tuhan = telingga yang bersunat. Tidak ada jaminan keselamatan karena bersunat, antara lain dinyatakan dalam :
  • Yeremia 9:25 “Lihat, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku menghukum orang-orang yang telah bersunat kulit khatannya:
  • Yeremia 4:4 Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh karenaperbuatan-perbuatanmu yang jahat!” (Sunat harus diikuti perbuatan yang berkenan kepada Tuhan.)
Tidak ada kepastian / jaminan kepastian mutlak karena melakukan sunat tetapi ada kewajiban yang menyertai dalam perjanjian sunat yakni memiliki telingga yang mendengar Dia Yang Berfirman dan setuju dengan Firman itu, Hati yang melekat kepada Tuhan yang disertai dengan perbuatan yang berkenan kepada Tuhan dan tidak melakukan perbuatan perbuatan yang jahat barulah sunat yang dikerjakan lahiriah dapat berkenan kepada Tuhan. Jika hanya mengandalkan sunat lahiriah maka berdasarkan Yeremia 9:25 akan dihukum Tuhan.
Permasalahan sunat adalah masalah yang terbesar yang dihadapi Petrus  dalam menyatakan kebenaran Tuhan bahwa keselamatan bukan terletak pada sunat. Dia telah menyatakan kebenaran sesuai pewahyuan dari Tuhan bahwa keselamatkan karena Yesus Kristus melakukan penebusan. ( Kis 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”) Sekalipun dalam agama Yahudi tak ada kepastian jaminan selamat karena sunat dan hukum Taurat namun mereka mempermasalahkan sunat. (Kisah Para Rasul 11:2,3. “Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka: “Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.”,Kis 15:5 Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: “Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa.”)
Dalam situasi diambang perpecahan karena permasalahan sunat, maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu ( Kis 15:6).  Rapat tersebut menghasilkan keputusan :
  • 15:8 Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita,
  • 15:9 dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.
  • 15:10 Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?
  • 15:11 Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.”
Berdasarkan tuntunan Roh maka Petrus hadir di rumah Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia, Petrus dan umat Allah lainnya menyadari bahwa Tuhan tidak mempermasalahkan hal sunat sebagai tanda meterai jaminan kepastian selamat. Sunat yang mengharapkan mendorong manusia untuk lebih baik mendengar Firman Tuhan, hati percaya kepada Tuhan dan melakukan kehendakNya menjadikan manusia mengandalkan usahanya sendiri dan mengabaikan Tuhan sehingga mendatangkan hukuman dari Tuhan. Mendengar dan percaya kepada Firman yang menjadi manusia adalah meterai jaminan keselamatan yang diteguhkan oleh Roh Allah seperti halnya yang terjadi pada Kornelius.
Petrus, Paulus, Barnabas ….. adalah kaum yang bersunat namun tidak menjadikan sunat sebagai dasar keselamatan sebab hanya dalam Kristus Yesus ada kepastian selamat. Sunat sekalipun tidak memiliki jaminan keselamatan namun tetap diikuti oleh kaum Yahudi yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias namun tidak menjadikan sunat sebagai hal mutlak dan syarat untuk menerima keselamatan sebab hal itu sudah dapat dijelaskan dalam Perjanjian Lama.

No comments:

Post a Comment