"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." { Wahyu 4:11}

Tuesday, August 23, 2011

Etika Politik Kerajaan Allah

Yohanes 18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

Bila kita memperhatikan teks di atas maka jelas bahwa politik Kerajaan Allah berbeda dengan sistem politik yang ada di dunia yang diwakili dengan sistem politik pemerintahan Romawi. Lembaga politik yang diperankan oleh wali negeri di Yudea dinyatakan berbeda dengan institusi politik Kerajaan Allah dan termasuk di dalamnya seperti pendekatan perilaku dan pilihan rasional namun segala sistem politik semuanya berada di bawah kendali Allah.

Atas nama lembaga negara kerajaan Romawi, Pilatus membuat suatu keputusan politik dengan menyatakan Yesus adalah raja orang Yahudi sehingga selayaknya di salibkan sehingga memperlihatkan sistem politik saat itu yang mengunakan kekerasan, manipulasi dan aneka tindakan yang salah agar mendapat kekuasaan legitim sekalipun ada prinsip bonum commune. Atas nama dan berpayung pada sistem hukum bahwa Yesus adalah raja orang Yahudi sekalipun tidak melakukan tindakan yang merebut kekuasaan dari rezim Romawi. Hukum yang seharusnya bersifat rasional, membuka tabir kebenaran dan memiliki tanggung jawab publik dan berdasarkan argumentasi yang sehat dengan mudah semuanya berubah dengan mengubah sudut pandang / asumsi sehingga keadilan yang menjadi sasaran dari sistem politik menjadi melenceng.

Pernyataan Yesus adalah dalam ayat di atas menyatakan bahwa Kristus tetap menyatakan kebenaran. Ketika politik tanpa etika dilakukan oleh para pemimpin Yahudi saat ini dan wali negeri rezim Romawi Yesus mengigatkan para murid-Nya untuk memegang prinsip etika politik Kerajaan Allah yang lebih dari sekedar etika politik dan nilai-nilai etis. Yesus menjalani penderitaan karena Dia sangat menghargai dan sangat peduli terhadap penderitaan termasuk persoalan persoalan sosial politik. Dia membayar segala kutuk dan menanggung seluruh dosa manusia yang termasuk dosa-dosa rezim politik yang lalim. Richard Horsley menyatakan Yesus tidak hanya melakukan misi untuk menyembuhkan dan mengatasi akibat kekerasan militer dan penindasan ekonomi Romawi, tetapi juga menghidupkan dan membangun kembali budaya, spiritual dan kemampuan komunal rakyat ... dalam pelayanan persembahan-Nya berupa Kerajaaan Allah untuk orang miskin.

Bila sistem rezim Romawi dikatakan tidak sesuai dengan etika politik dalam Kerajaan Allah, bahkan dengan kerajaan Daud, seperti apakah sistem politik Kerajaan Allah? Josep P.W. menyatakan bahwa politik Kerajaan Sorga adalah :
  • Orang kaya akan sulit masuk dalam Kerajaan Allah, Lebih mudah unta masuk lubang jarum dari pada orang kaya dalam Kerajaan Allah.
  • Melayani lebih besar daripada yang dilayani.
  • Berkembang dari kecil menjadi besar seperti biji sesawi.
  • Memberikan pengayoman kepada yang membutuhkan.
  • Menyangkal diri dan memikul salib
  • Ada diantara manusia.
Konsili Vatikan II yakni dokumen Gaudium et Spes memberikan arahan terhadap etika berpolotik bagi umat Allah agar dalam berpolitik secara pratis dan riil martabat manusia harus diutamakan karena manusia mempunyai jiwa berbudi yang diciptakan dalam bentuk dan rupa Allah dan telah ditebus oleh Kristus di kayu salib sehingga kesamaan hak asasi antara manusia senantiasa diakui. Yesus dalam menjalankan misi-Nya, Dia telah berfirman, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu" (Matius 11:28-30) Yesus mengundang kepada semua orang dan memberikan pembelaan, penghiburkan kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan-Nya. Uluran tangan-Nya adalah mengangkat martabat manusia yang tidak dapat dinegoisasikan dengan bentuk apapun dalam kebenaran, keadilan dan kebaikan yang diwujudkan dengan nyata.
Bagaimana dengan etika berpolitik? Apakah masih ada subsidiaritas dalam kaitan politikus memperjuangkan kesejahteraan rakyat? Apakah masih ada solidaritas sebagai impikasi etis atas martabat manusia yang luhur? Dengan bercermin kepada poliik Kerajaan Allah maka kita diingatkan agar kekuasaan politik yang diraih adalah untuk mengenapkan panggilan kemanusiaa dan kepedulian sosial dengan memberikan pelayanan dan pengadian yang terbaik bagi seluruh warga negara / penduduk.
Teks ayat diatas seolah-0lah Yesus menerima aneka bentuk ketidakadilan, namun sebenarnya Dia memikul salib-Nya dan melawan dengan kebenaran yang terus dikobarkan dan akhirnya menang sebab Dia bangkit dari kematian.  Yesus tidak menghindari dan melestarikan struktur yang tidak adil, karena Dia tahu bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup yang saat meninggalnya terjadi gempa bumi dasyat, tirai Bait Allah terbelah dua ....sehingga Dia menyelesaikan akar dari masalah persoalan manusia. Di dalam Kristus dan dalam sistem politik Kerajaan Allah ada kekuatan untuk menyelesaikan akar permasalah manusia yang diperjuangkan dengan aneka sistem politik yang ada yang dimana pada prinsipnya semua memperjuangkan pencapaian yang lebih baik namun yang sempurna adalah Kerajaan Allah yang bukan ciptaan manusia termasuk di dalamnya yang terdapat dalam kerajaan Daud atau masa keemasan raja Salomo.
Yesus telah mengajarkan doa Bapa kami, yang menganjurkan kepada kita agar selalu berdoa agar datanglah kerajaan Mu di bumi dan ini sekaligus berdoa agar pemimpin politik di bumi diarahkan untuk berjalan dalam kehendak Allah dan Allah menjadi hakim bagi semua orang di bumi termasuk di dalamnya para pemimpin politik di seluruh bumi sebab bumi penuh dengan keadilan-Nya dan kemuliaan-Nya.

Sumber: weruah.wordpress.com

No comments:

Post a Comment