"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan." { Wahyu 4:11}

Saturday, March 10, 2012

Rev. Johannes Gerhard Thiessen



Gereja Gerakan Pentakosta mengakui bahwa yang mendirikan gereja adalah Rev. Johannes Gerhard Thiessen yang biasa di panggil papa Thiessen atau John Thiessen. Ia adalah warga negara Rusia dari Kitchkas, Ukraina yang mengecap pendidikan terakhir di St. Chrischona, Switzerland lalu belajar ilmu kedokteran dan bahasa Batak di Rotterdam, Belanda untuk melengkapi kemampuannya menjadi seorang misionaris.
Pada tahun 1902, ia berangkat ke Pekantang – Sumatera dan selama tiga belas tahun melayani di sana sampai tahun 1916 lalu kembali ke Belanda. Di Eropa saat itu sedang dilanda api pentakosta yang dibawa dari Amerika Serikat. J. Thiessen  kembali ke Indonesia bersama Richard Van Klavern dan Cornelius Grosbeek dengan tujuan pulau Jawa. Bapak J. Thiessen menjelajahi pulau jawa
Pada tanggal 29 Maret 1823, untuk pertama kali mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu, Jawa Timur. Dari kota Cepu, api pentakosta menyebar di tanah air Indonesia. Dari Jawa Timur kemudian masuk ke kota Bandung dan memutuskan untuk lebih berkonsentrasi di wilayah Bandung dan pelayanan sebelumnya di serahkan kepada rekannya.
 Di Bandung, J.Thiessen berjumpa dengan Zr. Kullenberg yang kemudian menyerahkan tanah dan rumahnya untuk kebaktian yang beralamat di jalan Litsonlaam yang kemudian berubah nama menjadi Jl. Mardjuk yang nama gedung gereja dinamakan Bethel. Ibadah kebaktian sebelumnya menyewa di gedung pengadilan Bandung
Latar Belakang Sejarah Singkat Gereja Gerakan Pentakosta.
Gereja Gerakan Pentakosta hadir di Indonesia bermula dari pengakuan Belanda dengan surat No. 24, tanggal 4 Juni 1924 yang menyatakan lahirnya “Pinkster Gemente” yang berarti Jemaah Agama. Pinkster Gemeente berdasarkan pengakuan dari Belanda di dirikan oleh J. Thiessen dan Van Loon.
Usia Pinkster Gemeente yang di kelola oleh J. Thiessen dan Van Loon hanya mencapai usia 2 tahun. Tahun 1926 pecah sehingga menjadi dua perkumpulan, salah satunya adalah Pinkster Beweging, yang berarti “Gerakan Pentakosta”, yang didirikan oleh J. Thiessen, di kota Bandung. Dari Bandung, J. Thiessen bergerak ke kota-kota lain yaitu : Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Cimahi dan Padalarang. Di kota-kota tersebut Pinkster Beweging hadir sampai saat ini. Pinkster Beweging saat lahirnya dikenal dengan praktek kesembuhan Ilahi. Dari Pinkster Gemeente lahir sejumlah denominasi gereja. Gereja-gereja aliran Pentakosta dan Kharismatik yang ada di Indonesia saat ini mayoritas berasal dari Pinkster Gemeente yang di restui oleh Belanda pada tanggal 4 Juni 1924.
Dalam Perkembangannya Pinkster Beweging mengalami dua kali perubahan nama. Perubahan pertama menjadi Gereja Penggerakan Kristus dan kemudian berubah kembali menjadi Gereja Gerakan Pentakosta. Dalam perkembangannya Gereja Gerakan pentakosta menarik garis tanggal lahir dengan masa pelayanan pertama mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani yang dilakukan  J. Thiessen di Cepu yaitu pada tanggal 29 Maret tahun 1923 dan terdaftar menjadi sebuah badan hukum dengan nomer 17 tahun 1973. Gereja Gerakan Pentakosta menarik sejarah misi dan organisasi dari pelayanan J. Thiessen di kota Bandung yang dilanjutkan dengan pelayanan anaknya yaitu H. Thiessen dan menetapkan H. Thiessen sebagai “pengazas dan Bapak Rohani Gereja Gerakan Pentakosta”. Sebelum pelayanan di Bandung, J. Thiessen pernah melayani di sejumlah tempat di Indonesia dengan latar belakang berasal dari “Pietisme”. J. Thiessen dahulu kependekan nama dengan Rev. John Thiessen, sekarang dinamakan Pdt. Yohanes  Thiessen SR.
Dimasa perkembangan awal Pinkster Beweging sangat erat dengan pekerjaan Roh Kudus dengan ciri khusus penumpangan tangan dan mujizat kesembuhan ilahi dalam kegiatan penginjilan. Di saat itu mujizat kesembuhan Ilahi sesuatu yang baru. Dengan mengusung  Kisah Para Rasul 1:8 dengan bahwa dengan Roh Kudus maka menjadi saksi kristus yang berkuasa. Perkembang awal sangat kental dengan ketergantungan dengan kuasa Roh Kudus dengan warna manifestasi aneka mujizat dan belum mengenal program 5 P yang dicanangkan saat ini. Program 5 P adalah : Persekutuan, Pembinaan, Penginjilan, Pujian dan Pengelolaan.
Sejarah Singkat Perintisan Pinkster Beweging di Cianjur.
Pinkster Beweging di Cianjur dimulai dan hasil misi dari J. Thiessen pada tahun 1929. J. Thiessen dibantu oleh Br William dan Br Brongkos. Dengan menyewa sebuah rumah di Jl. Mangun Sarkoro yang dikenal dengan nama Kebon Jambu kepunyaan Ny Picis. Kebaktian perdana diikuti oleh orang yang tertarik dengan spanduk spanduk. Spanduk itu tertulis “Zonder uang bisa sembuh, Zonder obat bisa sembuh” dengan tulisan huruf yang cukup besar. Kebaktian perdana banyak pesertanya dan dilanjutkan dengan sedikit pengunjung dan kursi-kursi banyak yang kosong. Berkat kuasa doa kemudian datanglah jiwa-jiwa pertama sebagai anggota gereja. Mereka diantaranya Empe Kang Tay, Ny. Kian Liang, Empe Aliung, Ny. Ceng Sioe yang kemudian menyumbang alat musik Piano sebagai alat musik pertama yang digunakan. Kebaktian diwarnai mujizat yang senantiasa hadir dengan slogan percaya bodoh dan sekarang menjadi iman sederhana dengan mencairnya penekanan mujizat – yang penting percaya. Pencaya Yesus Penyembuh maka segala maka segala sesuatu sembuh. Kebaktian di Kebon Jambu berlangsung 2 tahun kemudian pindah ke Warujajar.

Tahun 1931, pindah ke Warujajar, rumahnya Empe Kim Ciok.  Anggota yang semua hanya empat orang berkembang menjadi sekitar lima puluh orang. Melalui mujizat yang ajaib tersiar dari mulut ke mulut menyebabkan ruang kebaktian penuh. Pengerja gereja bertambah seiring dewasanya putera-putera dari  J. Thiessen. Pekerja yang hadir di Cianjur adalah Br. Theo, Br. Joe, Br. Henk dan Br. Tever. Mereka adalah anak-anak  J.Thiessen ikut melayani di wilayah Cianjur.  Dalam sejarah perkembangan selanjutnya, wilayah misi di Bandung yang mencakup kota Bandung sampai Jakarta termasuk Cianjur yang di kelola oleh J. Thiessen  diteruskan oleh Br. Henk Thiessen dan sampai saat ini terus meluas wilayah pelayanannya . Di Warujajar kegiatan perintisan pemuridan mulai dilakukan yang melibatkan J. Thiessen beserta ke- empat anaknya dan staf lainnya.

Di tahun 1941 mengalami perpindahan lokasi beribadah. Gereja di Warujajar pindah ke Bojong Herang, Jl. Taifur Yusuf. Gereja di Warujajar berlangsung selama 10 tahun. Di Bojong Herang mulai lahir pekerja-pekerja dari kota Cianjur sendiri. Mereka diantaranya : Bpk. Liem Tek Gwan, Bpk Tan Keng Ek, Bpk Tan Ciang Woo, Bpk. Liem Soen Tat dan mujizat tetap ada. Kuasa Tuhan tidak berubah. Kebaktian di Bojong Herang  berlangsung dari tahun 1941 sampai tahun 1957.

Pada suatu saat Ny. Cia Koen Nyan, seorang ibu muda datang dengan berbagai penyakit komplikasi.  Melalui doa J. Thiessen, ibu muda tersebut mengalami mujizat. Selama di Bojong Herang alami gangguan dari tetangga kanan dan kiri, bocornya ruang ibadah dll namun mujizat berlangsung terus terjadi. Ny Cia Koen Nyan yang alami jamahan mujizat tergerak hatinya ingin membalas kemurahan Tuhan maka pada tahun 1956 terbeli sebidang tanah di Jl. Bojong Meron seharga Rp. 36.000,- Dalam pembelian tanah tersebut, Ny Cia Koen Nyan dibantu oleh Ny. Liem Tek Gwan dan Ny. Martha. Melalui kurban persembahan tiga orang ibu turut mengerakan para anggota jemaat lain membangun bangunan gereja dan pembukaan dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1957 dan diberi nama  “Gereja Peniel”. Jl. Bojong Meron kemudian bernama Jl. H. Agoes Soleh.

Dalam perkembangan sejarah Gereja Gerakan Pentakosta  Peniel Cianjur, tercatat ada empat orang yang bertugas sebagai gembala jemaat. Para gembala jemaat tersebut adaalah Bapak Liem Boen Hok, Bapak Abraham, Bapak Yusak Widia dan Bapak Yahya Setiadharma. 

GGP baik di Cianjur maupun di jalan Mardjuk sangat memerlukan pembaharuan agar api kebangunan rohani hadir kembali. Sebagaimana Rusia dan Ukraina sebagaimana negara asal perintis Gereja Gerakan Pentakosta , alami kebangunan rohani maka hal yang sama dapat terjadi dimana TUHAN melawat kembali umat-NYA di akhir zaman sehingga gereja awal tidak kehilangan "Api" melainkan mendapatkan "Api" dengan berlandasankan kerukunan dan kerjasama internal dan kuasa Firman dan Roh Allah.

No comments:

Post a Comment