Gereja Gerakan Pentakosta mengakui bahwa yang mendirikan gereja
adalah Rev. Johannes Gerhard Thiessen yang biasa di panggil papa Thiessen atau
John Thiessen. Ia adalah warga negara Rusia dari Kitchkas, Ukraina yang
mengecap pendidikan terakhir di St. Chrischona, Switzerland lalu belajar ilmu
kedokteran dan bahasa Batak di Rotterdam, Belanda untuk melengkapi kemampuannya
menjadi seorang misionaris.
Pada
tahun 1902, ia berangkat ke Pekantang – Sumatera dan selama tiga belas tahun
melayani di sana sampai tahun 1916 lalu kembali ke Belanda. Di Eropa saat itu
sedang dilanda api pentakosta yang dibawa dari Amerika Serikat. J. Thiessen kembali ke Indonesia bersama Richard Van
Klavern dan Cornelius Grosbeek dengan tujuan pulau Jawa. Bapak J. Thiessen
menjelajahi pulau jawa
Pada tanggal 29 Maret 1823, untuk pertama kali mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu, Jawa Timur. Dari kota Cepu, api pentakosta menyebar di tanah air Indonesia. Dari Jawa Timur kemudian masuk ke kota Bandung dan memutuskan untuk lebih berkonsentrasi di wilayah Bandung dan pelayanan sebelumnya di serahkan kepada rekannya.
Pada tanggal 29 Maret 1823, untuk pertama kali mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu, Jawa Timur. Dari kota Cepu, api pentakosta menyebar di tanah air Indonesia. Dari Jawa Timur kemudian masuk ke kota Bandung dan memutuskan untuk lebih berkonsentrasi di wilayah Bandung dan pelayanan sebelumnya di serahkan kepada rekannya.
Di
Bandung, J.Thiessen berjumpa dengan Zr. Kullenberg yang kemudian menyerahkan
tanah dan rumahnya untuk kebaktian yang beralamat di jalan Litsonlaam yang
kemudian berubah nama menjadi Jl. Mardjuk yang nama gedung gereja dinamakan
Bethel. Ibadah kebaktian sebelumnya menyewa di gedung pengadilan Bandung
Latar Belakang Sejarah Singkat Gereja Gerakan Pentakosta.
Gereja Gerakan Pentakosta hadir di Indonesia bermula dari pengakuan Belanda dengan surat No. 24, tanggal 4 Juni 1924 yang menyatakan lahirnya “Pinkster Gemente” yang berarti Jemaah Agama. Pinkster Gemeente berdasarkan pengakuan dari Belanda di dirikan oleh J. Thiessen dan Van Loon.
Latar Belakang Sejarah Singkat Gereja Gerakan Pentakosta.
Gereja Gerakan Pentakosta hadir di Indonesia bermula dari pengakuan Belanda dengan surat No. 24, tanggal 4 Juni 1924 yang menyatakan lahirnya “Pinkster Gemente” yang berarti Jemaah Agama. Pinkster Gemeente berdasarkan pengakuan dari Belanda di dirikan oleh J. Thiessen dan Van Loon.
Usia
Pinkster Gemeente yang di kelola oleh J. Thiessen dan Van Loon hanya mencapai
usia 2 tahun. Tahun 1926 pecah sehingga menjadi dua perkumpulan, salah satunya
adalah Pinkster Beweging, yang berarti “Gerakan Pentakosta”, yang didirikan
oleh J. Thiessen, di kota Bandung. Dari Bandung, J. Thiessen bergerak ke
kota-kota lain yaitu : Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Cimahi dan
Padalarang. Di kota-kota tersebut Pinkster Beweging hadir sampai saat ini.
Pinkster Beweging saat lahirnya dikenal dengan praktek kesembuhan Ilahi. Dari
Pinkster Gemeente lahir sejumlah denominasi gereja. Gereja-gereja aliran
Pentakosta dan Kharismatik yang ada di Indonesia saat ini mayoritas berasal
dari Pinkster Gemeente yang di restui oleh Belanda pada tanggal 4 Juni 1924.
Dalam Perkembangannya Pinkster Beweging mengalami dua kali perubahan nama. Perubahan pertama menjadi Gereja Penggerakan Kristus dan kemudian berubah kembali menjadi Gereja Gerakan Pentakosta. Dalam perkembangannya Gereja Gerakan pentakosta menarik garis tanggal lahir dengan masa pelayanan pertama mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani yang dilakukan J. Thiessen di Cepu yaitu pada tanggal 29 Maret tahun 1923 dan terdaftar menjadi sebuah badan hukum dengan nomer 17 tahun 1973. Gereja Gerakan Pentakosta menarik sejarah misi dan organisasi dari pelayanan J. Thiessen di kota Bandung yang dilanjutkan dengan pelayanan anaknya yaitu H. Thiessen dan menetapkan H. Thiessen sebagai “pengazas dan Bapak Rohani Gereja Gerakan Pentakosta”. Sebelum pelayanan di Bandung, J. Thiessen pernah melayani di sejumlah tempat di Indonesia dengan latar belakang berasal dari “Pietisme”. J. Thiessen dahulu kependekan nama dengan Rev. John Thiessen, sekarang dinamakan Pdt. Yohanes Thiessen SR.
Dalam Perkembangannya Pinkster Beweging mengalami dua kali perubahan nama. Perubahan pertama menjadi Gereja Penggerakan Kristus dan kemudian berubah kembali menjadi Gereja Gerakan Pentakosta. Dalam perkembangannya Gereja Gerakan pentakosta menarik garis tanggal lahir dengan masa pelayanan pertama mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani yang dilakukan J. Thiessen di Cepu yaitu pada tanggal 29 Maret tahun 1923 dan terdaftar menjadi sebuah badan hukum dengan nomer 17 tahun 1973. Gereja Gerakan Pentakosta menarik sejarah misi dan organisasi dari pelayanan J. Thiessen di kota Bandung yang dilanjutkan dengan pelayanan anaknya yaitu H. Thiessen dan menetapkan H. Thiessen sebagai “pengazas dan Bapak Rohani Gereja Gerakan Pentakosta”. Sebelum pelayanan di Bandung, J. Thiessen pernah melayani di sejumlah tempat di Indonesia dengan latar belakang berasal dari “Pietisme”. J. Thiessen dahulu kependekan nama dengan Rev. John Thiessen, sekarang dinamakan Pdt. Yohanes Thiessen SR.
Dimasa perkembangan awal Pinkster Beweging
sangat erat dengan pekerjaan Roh Kudus dengan ciri khusus penumpangan tangan
dan mujizat kesembuhan ilahi dalam kegiatan penginjilan. Di saat itu mujizat
kesembuhan Ilahi sesuatu yang baru. Dengan mengusung Kisah Para Rasul 1:8 dengan bahwa dengan Roh
Kudus maka menjadi saksi kristus yang berkuasa. Perkembang awal sangat kental
dengan ketergantungan dengan kuasa Roh Kudus dengan warna manifestasi aneka
mujizat dan belum mengenal program 5 P yang dicanangkan saat ini. Program 5 P
adalah : Persekutuan, Pembinaan, Penginjilan, Pujian dan Pengelolaan.
Sejarah Singkat Perintisan Pinkster Beweging di Cianjur.
Pinkster Beweging di Cianjur dimulai dan hasil misi dari J. Thiessen pada tahun 1929. J. Thiessen dibantu oleh Br William dan Br Brongkos. Dengan menyewa sebuah rumah di Jl. Mangun Sarkoro yang dikenal dengan nama Kebon Jambu kepunyaan Ny Picis. Kebaktian perdana diikuti oleh orang yang tertarik dengan spanduk spanduk. Spanduk itu tertulis “Zonder uang bisa sembuh, Zonder obat bisa sembuh” dengan tulisan huruf yang cukup besar. Kebaktian perdana banyak pesertanya dan dilanjutkan dengan sedikit pengunjung dan kursi-kursi banyak yang kosong. Berkat kuasa doa kemudian datanglah jiwa-jiwa pertama sebagai anggota gereja. Mereka diantaranya Empe Kang Tay, Ny. Kian Liang, Empe Aliung, Ny. Ceng Sioe yang kemudian menyumbang alat musik Piano sebagai alat musik pertama yang digunakan. Kebaktian diwarnai mujizat yang senantiasa hadir dengan slogan percaya bodoh dan sekarang menjadi iman sederhana dengan mencairnya penekanan mujizat – yang penting percaya. Pencaya Yesus Penyembuh maka segala maka segala sesuatu sembuh. Kebaktian di Kebon Jambu berlangsung 2 tahun kemudian pindah ke Warujajar.
Sejarah Singkat Perintisan Pinkster Beweging di Cianjur.
Pinkster Beweging di Cianjur dimulai dan hasil misi dari J. Thiessen pada tahun 1929. J. Thiessen dibantu oleh Br William dan Br Brongkos. Dengan menyewa sebuah rumah di Jl. Mangun Sarkoro yang dikenal dengan nama Kebon Jambu kepunyaan Ny Picis. Kebaktian perdana diikuti oleh orang yang tertarik dengan spanduk spanduk. Spanduk itu tertulis “Zonder uang bisa sembuh, Zonder obat bisa sembuh” dengan tulisan huruf yang cukup besar. Kebaktian perdana banyak pesertanya dan dilanjutkan dengan sedikit pengunjung dan kursi-kursi banyak yang kosong. Berkat kuasa doa kemudian datanglah jiwa-jiwa pertama sebagai anggota gereja. Mereka diantaranya Empe Kang Tay, Ny. Kian Liang, Empe Aliung, Ny. Ceng Sioe yang kemudian menyumbang alat musik Piano sebagai alat musik pertama yang digunakan. Kebaktian diwarnai mujizat yang senantiasa hadir dengan slogan percaya bodoh dan sekarang menjadi iman sederhana dengan mencairnya penekanan mujizat – yang penting percaya. Pencaya Yesus Penyembuh maka segala maka segala sesuatu sembuh. Kebaktian di Kebon Jambu berlangsung 2 tahun kemudian pindah ke Warujajar.
Tahun
1931, pindah ke Warujajar, rumahnya Empe Kim Ciok. Anggota yang semua hanya empat orang
berkembang menjadi sekitar lima puluh orang. Melalui mujizat yang ajaib tersiar
dari mulut ke mulut menyebabkan ruang kebaktian penuh. Pengerja gereja
bertambah seiring dewasanya putera-putera dari
J. Thiessen. Pekerja yang hadir di Cianjur adalah Br. Theo, Br. Joe, Br.
Henk dan Br. Tever. Mereka adalah anak-anak
J.Thiessen ikut melayani di wilayah Cianjur. Dalam sejarah perkembangan selanjutnya,
wilayah misi di Bandung yang mencakup kota Bandung sampai Jakarta termasuk Cianjur
yang di kelola oleh J. Thiessen diteruskan oleh Br. Henk Thiessen dan sampai
saat ini terus meluas wilayah pelayanannya . Di Warujajar kegiatan perintisan
pemuridan mulai dilakukan yang melibatkan J. Thiessen beserta ke- empat anaknya
dan staf lainnya.
Di tahun
1941 mengalami perpindahan lokasi beribadah. Gereja di Warujajar pindah ke
Bojong Herang, Jl. Taifur Yusuf. Gereja di Warujajar berlangsung selama 10
tahun. Di Bojong Herang mulai lahir pekerja-pekerja dari kota Cianjur sendiri.
Mereka diantaranya : Bpk. Liem Tek Gwan, Bpk Tan Keng Ek, Bpk Tan Ciang Woo,
Bpk. Liem Soen Tat dan mujizat tetap ada. Kuasa Tuhan tidak berubah. Kebaktian
di Bojong Herang berlangsung dari tahun
1941 sampai tahun 1957.
Pada
suatu saat Ny. Cia Koen Nyan, seorang ibu muda datang dengan berbagai penyakit
komplikasi. Melalui doa J. Thiessen, ibu
muda tersebut mengalami mujizat. Selama di Bojong Herang alami gangguan dari
tetangga kanan dan kiri,
bocornya ruang ibadah dll namun mujizat berlangsung terus terjadi. Ny Cia Koen
Nyan yang alami jamahan mujizat tergerak hatinya ingin membalas kemurahan Tuhan
maka pada tahun 1956 terbeli sebidang tanah di Jl. Bojong Meron seharga Rp.
36.000,- Dalam pembelian tanah tersebut, Ny Cia Koen Nyan dibantu oleh Ny. Liem
Tek Gwan dan Ny. Martha. Melalui kurban persembahan tiga orang ibu turut
mengerakan para anggota jemaat lain membangun bangunan gereja dan pembukaan
dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1957 dan diberi nama “Gereja Peniel”. Jl. Bojong Meron kemudian
bernama Jl. H. Agoes Soleh.
Dalam
perkembangan sejarah Gereja Gerakan Pentakosta Peniel Cianjur, tercatat ada empat orang yang
bertugas sebagai gembala jemaat. Para gembala jemaat tersebut adaalah Bapak
Liem Boen Hok, Bapak Abraham, Bapak Yusak Widia dan Bapak Yahya Setiadharma.
GGP baik di Cianjur maupun di jalan Mardjuk sangat memerlukan pembaharuan agar api kebangunan rohani hadir kembali. Sebagaimana Rusia dan Ukraina sebagaimana negara asal perintis Gereja Gerakan Pentakosta , alami kebangunan rohani maka hal yang sama dapat terjadi dimana TUHAN melawat kembali umat-NYA di akhir zaman sehingga gereja awal tidak kehilangan "Api" melainkan mendapatkan "Api" dengan berlandasankan kerukunan dan kerjasama internal dan kuasa Firman dan Roh Allah.
No comments:
Post a Comment